depressiontreatmentcenter.com |
Metode Inference Diagnosis
merupakan suatu metode menentukan jenis penyakit yang diderita berdasarkan fakta-fakta
yang diberikan oleh user. Metode Inferensi Diagnosis dimanfaatkan sebagai langkah melakukan diagnosis penyakit pada sebuah sistem
pakar. Inferensi diagnosis dapat dibabungkan dengan algoritma runut maju(Foward Chaining) dan
runut balik(Backward Chaining) sebagai langkah mendiaknosis penyakit sekaligus sebagai langkah memeberikan solusi terapi. Foward chaining digunakan sebagai
langkah menentukan kemungkinan penyakit yang diderita oleh pasien berdasarkan
gejala gejala penyakit yang dimasukkan oleh user.
Setelah diketahui daftar penyakit yang menjadi calon konklusi maka, Backward chaining berperan sebagai metode pencarian gejala-gejala pendukung yang menentukan suatu penyakit. Kesimpulan sebuah penyakit dapat dilakukan menggunakan metode Certainty Faktor dengan nilai CF tertinggi.
Setelah diketahui daftar penyakit yang menjadi calon konklusi maka, Backward chaining berperan sebagai metode pencarian gejala-gejala pendukung yang menentukan suatu penyakit. Kesimpulan sebuah penyakit dapat dilakukan menggunakan metode Certainty Faktor dengan nilai CF tertinggi.
Inference terapi
merupakan metode penalaran sebagai suatu cara menentukan jenis terapi yang
diberikan kepada seorang pasien sesuai hasil diagnosis(“terapi awal”). Terapi diberikan setelah proses diagnosis dan pada
saat pasien berkonsultasi kembali setelah diberikan terapi untuk sebuah kasus
diagnosis(“terapi lanjutan”).
Dalam menentukan terapi dilakukan dengan metode foward chaining sebagai langkah
pencarian berdasarkan hasil diagnosis kemudian menuju terapi.Sedikitnya ada 4
hal penting dalam menentukan terapi pasien diantaranya:
- Apakah terapi merupakan sebuah kasus baru atau kasus lanjutan
- Jika kasus lajutan, maka ada 3 hal yang harus
dilihat kembali:
a. Terapi yang sudah pernah diberikanb. Jarak waktu terapi sebulum dan saat konsultasi lanjutanc. Perkembangan kesehatan pasien terkait gejala-gejala yang pernah dialami apakah membaik, biasa, atau memburukAlgoritma penentuan terapi
- Rumus Penentuan Dosis Obat
Besarnya dosis suatu obat ditentukan oleh
satuan frekuensi. Satuan frekuensi obat dinyatakan “kali perhari”
Rumus
Dosis Obat 1 :
Sedangkan
satuan frekuensi yang lain menggunakan rumus
Rumus dosis obat 2 :
Rumus dosis obat 2 :
x :
Dosis obat sekali minum(mg)
d :
dosis obat (mg/kg berat badan)
b : Berat Badan (Kg)
f :
frekuensi (kali)
m :
maksimum obat dalam sehari (mg)
Suatu "jenis terapi" yang diberikan kepada seorang pasien menentukan
obat apa saja yang harus dikonsumsi oleh pasien. Dalam mengkonsumsi obat hal
yang harus diperhatikan adalah "kontraindikasi obat" dengan alergi yang diderita
oleh pasien. Sistem pakar akan memberikan saran terapi yang menentukan obat
yang tidak memiliki kontraindikasi dengan alergi yang diderita oleh pasien.
Dosis obat harus tepat, ditentukan berdasarkan berat badan seorang pasien dan
jumlah maksimum (mg) obat dalam satu hari untuk seorang pasien
Contoh kasus
Pemberian terapi pasien
Daftar Aturan terapi
Nama Aturan
|
Aturan
|
Aturan 1 (r1)
|
Jika C kasus baru
Maka T1
|
Aturan 2 (r2)
|
Jika C kasus baru
Maka T2
|
Aturan 3 (r3)
|
Jika C kasus baru
Maka T3
|
Aturan 4 (r4)
|
Jika C kasus lama, terapi sebelumnya T3, setelah 5 hari, perkembangan
baik
Maka ganti terapi dengan
T2
|
Aturan 5 (r5)
|
Jika C kasus lama, terapi sebelumnya T3, setelah 15 hari,
perkembangan kurang
Maka teruskan
|
Daftar Obat terapi
Nama
Terapi
|
Nama
Obat
|
Dosis
(mg/kgbb)
|
Lama
|
Frekuensi
|
Satuan
Frekuensi
|
Maks
(mg)
|
T1
|
O1
|
10
|
30
|
2
|
Kali perhari
|
200
|
O2
|
20
|
60
|
2
|
Kali perhari
|
400
|
|
T2
|
O2
|
20
|
60
|
2
|
Kali perhari
|
400
|
O3
|
18
|
40
|
1
|
Kali perhari
|
300
|
|
T3
|
O6
|
20
|
356
|
1
|
Kali per minggu
|
200
|
Daftar kontraindikasi
obat
Nama
Obat
|
Nama
Alergi
|
O1
|
A1
|
A3
|
|
O2
|
A1
|
A2
|
|
O6
|
A2
|
Misal berat badan pasien adalah 10 kg pada kunjungan
pertama. Pasien ditanya kemungkinan alergi yang diderita berdasarkan tree
pencarian alergi Seandainya pasien mengalami alergi A1, maka terapi yang dapat
diberikan adalah T3 sebab tidak terdapat kontradiksi obat dengan A1. Obat yang
diberikan adalah O6. Karena satuan
frekuensi obat O6 dari terapi T3 adalah “kali per minggu” maka besarnya dosis
obat sekali minum dihitung dengan menggunakan rumus 2 maka :
Maks : 400 mg
d : 20mg/kg
b : 10 kg
d * b : 20mg/kg *
10 kg
: 200mg
<
400
Dosis obat sekali minum untuk terapi sebesar 200 mg selama
365 hari
Seandainya setelah menjalani terapi selama 20 hari, pasien
berkunjung lagi. Dengan perkembangan biasa maka terapi akan didasarkan pada r6
yang menyatakan agar terapi tetap diteruskan. Misal berat badan pasien saat
kunjungan kedua ini adalah 12 kg, maka terapi menggunakan T3 dengan obat O6
selama 336 (365-20) hari dosis 240 mg (12 kg * 20 mg/kg).
No comments:
Post a Comment