-->

Tuesday, October 7, 2014

Metode Inference Diagnosis dan Terapi



cara menentukan diagnosis penyakit
depressiontreatmentcenter.com
Metode Inference Diagnosis merupakan suatu metode menentukan jenis penyakit yang diderita berdasarkan fakta-fakta yang diberikan oleh user. Metode Inferensi Diagnosis dimanfaatkan sebagai langkah melakukan diagnosis penyakit pada sebuah sistem pakar. Inferensi diagnosis dapat dibabungkan dengan algoritma runut maju(Foward Chaining) dan runut balik(Backward Chaining) sebagai langkah mendiaknosis penyakit sekaligus sebagai langkah memeberikan solusi terapi. Foward chaining digunakan sebagai langkah menentukan kemungkinan penyakit yang diderita oleh pasien berdasarkan gejala gejala penyakit yang dimasukkan oleh user.
Setelah diketahui daftar penyakit yang menjadi calon konklusi maka, Backward chaining berperan sebagai metode pencarian gejala-gejala pendukung yang menentukan suatu penyakit. Kesimpulan sebuah penyakit dapat dilakukan menggunakan metode Certainty Faktor dengan nilai CF tertinggi.
Inference terapi merupakan metode penalaran sebagai suatu cara menentukan jenis terapi yang diberikan kepada seorang pasien sesuai hasil diagnosis(“terapi awal”). Terapi diberikan setelah proses diagnosis dan pada saat pasien berkonsultasi kembali setelah diberikan terapi untuk sebuah kasus diagnosis(“terapi lanjutan”).
Dalam menentukan terapi dilakukan dengan metode foward chaining sebagai langkah pencarian berdasarkan hasil diagnosis kemudian menuju terapi.Sedikitnya ada 4 hal penting dalam menentukan terapi pasien diantaranya:

  1.    Apakah terapi merupakan sebuah kasus baru atau kasus lanjutan 
  2.     Jika kasus lajutan, maka ada 3 hal yang harus dilihat kembali:
    a.       Terapi yang sudah pernah diberikan
    b.      Jarak waktu terapi sebulum dan saat konsultasi lanjutan
    c.       Perkembangan kesehatan pasien terkait gejala-gejala yang pernah dialami apakah membaik, biasa, atau memburuk 
      Algoritma penentuan terapi 
  3.  Rumus Penentuan Dosis Obat

Besarnya dosis suatu obat ditentukan oleh satuan frekuensi. Satuan frekuensi obat dinyatakan “kali perhari
Rumus Dosis Obat 1 :
rumus perhitungan dosisi obat terapi dengan satuan kali perhari

 Sedangkan satuan frekuensi yang lain menggunakan rumus 
 Rumus dosis obat 2 :

rumus penentuan dosis obat terapi dengan satuan lebih dari 1 hari
x              : Dosis obat sekali minum(mg)
d             : dosis obat (mg/kg berat badan)
 b            : Berat Badan (Kg)
f              : frekuensi (kali)
m            : maksimum obat dalam sehari (mg)

Suatu "jenis terapi" yang diberikan kepada seorang pasien menentukan obat apa saja yang harus dikonsumsi oleh pasien. Dalam mengkonsumsi obat hal yang harus diperhatikan adalah "kontraindikasi obat" dengan alergi yang diderita oleh pasien. Sistem pakar akan memberikan saran terapi yang menentukan obat yang tidak memiliki kontraindikasi dengan alergi yang diderita oleh pasien. Dosis obat harus tepat, ditentukan berdasarkan berat badan seorang pasien dan jumlah maksimum (mg) obat dalam satu hari untuk seorang pasien

Contoh kasus Pemberian terapi pasien
Daftar Aturan terapi
Nama Aturan
Aturan
Aturan 1 (r1)
Jika C kasus baru
Maka T1
Aturan 2 (r2)
Jika C kasus baru
Maka T2
Aturan 3 (r3)
Jika C kasus baru
Maka T3
Aturan 4 (r4)
Jika C kasus lama, terapi sebelumnya T3, setelah 5 hari, perkembangan baik
Maka ganti terapi dengan T2
Aturan 5 (r5)
Jika C kasus lama, terapi sebelumnya T3, setelah 15 hari, perkembangan kurang
Maka teruskan 
  
Daftar Obat terapi
Nama
Terapi
Nama
Obat
Dosis
(mg/kgbb)
Lama
Frekuensi
Satuan
Frekuensi
Maks
(mg)
T1
O1
10
30
2
Kali perhari
200
O2
20
60
2
Kali perhari
400
T2
O2
20
60
2
Kali perhari
400
O3
18
40
1
Kali perhari
300
T3
O6
20
356
1
Kali per minggu
200

Daftar kontraindikasi obat
Nama
Obat
Nama
Alergi
O1
A1
A3
O2
A1
A2
O6
A2

Misal berat badan pasien adalah 10 kg pada kunjungan pertama. Pasien ditanya kemungkinan alergi yang diderita berdasarkan tree pencarian alergi Seandainya pasien mengalami alergi A1, maka terapi yang dapat diberikan adalah T3 sebab tidak terdapat kontradiksi obat dengan A1. Obat yang diberikan  adalah O6. Karena satuan frekuensi obat O6 dari terapi T3 adalah “kali per minggu” maka besarnya dosis obat sekali minum dihitung dengan menggunakan rumus  2 maka :
Maks     : 400 mg
d             : 20mg/kg
b             : 10 kg
d * b      : 20mg/kg * 10 kg
                : 200mg
                < 400  
Dosis obat sekali minum untuk terapi sebesar 200 mg selama 365 hari
Seandainya setelah menjalani terapi selama 20 hari, pasien berkunjung lagi. Dengan perkembangan biasa maka terapi akan didasarkan pada r6 yang menyatakan agar terapi tetap diteruskan. Misal berat badan pasien saat kunjungan kedua ini adalah 12 kg, maka terapi menggunakan T3 dengan obat O6 selama 336 (365-20) hari dosis 240 mg (12 kg * 20 mg/kg).

Metode inferensi diagnosis berhubungan erat dengan metode inferensi terapi sebagai proses penanganan terapi seorang pasien berdasarkan jenis penyakit dan kontraindikasi obat berdasarkan histori alergi pasien maupun terapi pasien sebelumnya.

No comments: